Langsung ke konten utama

Pengalaman Membuat Visa Schengen (Swiss)

Drama Panjang Pengajuan Visa T.T


Assalamu'alaykum Sholihat...

Alhamdulillah setelah beberapa kegalauan dalam proses panjang pembuatan visa. The Embassy of Switzerland mengeluarkan Visa untuk saya. Nah, sebenarnya kenapa prosesnya panjang? 
Jadi ceritanya saat saya akan mengajukan permohonan visa, saya merencanakannya di bulan April sebelum saya kembali ke rumah di Boyolali untuk cuti melahirkan. Tapi karena keberangkatan ke Swiss masih bulan September alias 4 bulan dari bulan April, sistem tidak bisa dijalankan, karena minimal pengajuan visa 3 bulan sebelum keberangkatan. Tapi alhamdulillah saat itu saya sudah membuat akun di web TLScontact dan tinggal booking appointment.
Setelah melahirkan dibulan Mei, sayapun kembali bersiap-siap melanjutkan persiapan keberangkatan ke Swiss. Saya merencanakan untuk kembali ke Jakarta di awal bulan Juli, dikarenakan akhir Juni transportasi masih tergolong mahal karena lonjakan harga mudik dan lebaran. Tapi takdir berkata lain, dan drama pun dimulai. Pihak kampus mengingatkan saya untuk segera memproses pengajuan visa dikarenakan waktu keberangkatan yang sudah dekat. Sebagai mahasiswa yang patuh, saya pun mengikuti saran untuk ke Jakarta ditanggal 25 Juni (dengan merogoh kocek yang sangat dalam dikarenakan biaya dua kali lipat mahalnya). Sesampainya di Jakarta, yakni tanggal 26 Juni, bertepatan dengan hari Pemilu Kepala Daerah, sungguh kurang beruntung dan kampus pun libur (drama yang menyedihkan). 
Berusaha menyemangati diri sendiri, karena masih belum pulih sepenuhnya dan rasa sangat tidak tega dan tidak karuan meninggalkan baby berumur 40 hari (disitu saya mewek terus, untung ditemani suami yang setia menyemangati dan membantu). Hari rabu malam, saya cek kembali website TLScontact dan lemas seketika, tanggal appointment yang tersedia hanya ada di bulan Juli sekitar pertengahan. Demi apa??? Saya harus bagaimana? Mulai panik tapi sudah tengah malam dan tidak mungkin membangunkan suami. Keesokan harinya saya pun bercerita kepada suami sepanjang perjalanan, mendiskusikan segala kemungkinan dan pilihan yang bisa kami lakukan. 
Sesampainya di kampus, saya sampaikan segala hal permasalahan yang ada kepada Kaprodi (beliau seorang Expat dari Spanyol, baik banget dan selalu solutif). Ms. Cristina, menyarankan saya untuk membooking tanggal terdekat sembari mengusahakan mencari solusi. Taraaaaaa kembali ujian ditambah, hari yang tersisa tanggal 16 Agustus, yang berarti sebulan lebih dari saat itu dan 2 minggu sebelum keberangkatan. Makin pengen nangis, tapi suami selalu menguatkan (thank you my Hubby). Ms. Cristina memutuskan saya harus menghubungi agen TLScontact. Setelah menelfon TLScontact, saya disarankan untuk menelfon langsung ke Kedutaan Besar Switzerland. Alhamdulillah, ada titik terang, officer visa section dari Embassy menyarankan saya segera mengirim email ke EDA Visa Jakarta mengenai permasalahan saya, tanggal appointment yang di propose, dan melampirkan appointment confirmation yang saya terima dari TLScontact. Setelah menunggu kurang lebih 1 jam, saya mendapatkan email dari TLScontact mengenai pembaharuan tanggal appointment menjadi tanggal 2 Juli (4 hari kemudian). Alhamdulillah, seketika bersyukur dan bersyukur, skenario Alloh yang luar biasa. Kembali melaporkan segala progress terbaru kepada Ms. Cristina, saya menunggu berkas-berkas pendukung form aplikasi visa. Berkas tersebut disiapkan oleh IO (International Office) Ms. Leticia. Setelah hari yang cukup panjang saya dan suami kembali pulang ke rumah kakak Ipar. 3 hari lamanya menunggu appointment dengan Embassy, rasanya berbulan-bulan, karena sungguh merindukan baby imut di rumah T.T
Hari senin tiba, tepat selepas sholat subuh saya kembali mengecek kelengkapan berkas dan iseng iseng buka web TLScontact, huhuhu drama dipagi hari dimulai, kurang print satu lembar bukti janji ketemu dengan Kedubes, akhirnya coba pagi-pagi ketempat printer deket rumah, hasilnya nihil alias tutup. Sampe perjalanan naik go*ar, minta sama driverya berhenti ketika lihat fotocopian, tapi enggak berhenti sama sekali. Sesampainya di kedubes masih kurang 45 menit dari janji ketemu, akhirnya merengek sama suami untuk nyari fotokopian. Sempet seneng ketika dibilang di Erasmus kedubes Belanda ada, ternyata sudah tidak melayani print lagi hikshiks. Ya Alloh sudah panik dan pucat takut, suami bilang dengan tenang "Sudah Dek, Kedubes ndak bakalan nolak pengajuan visamu hanya karna berkas yang sepele, karna berkas kamu yang lain sudah tepat dan komplit" Berbekal keyakinan dan kepedean, saya mengikuti arahan security untuk memasuki Kedubes, mempersiapkan semua berkas, kemudian berjalan ke satu ruangan seperti lobi dengan ruang tunggu, berkas dikumpulkan dan kami pun mengantri (ada 3 orang bersama saya). Saya antrian terakhir dan Alhamdulillah berkas saya sudah lengkap dan sesuai dengan persyaratan kecuali satu hal, saya lupa membubuhkan tanda tangan di Motivation Letter. Dan ada tambahan satu pertanyaan mengenai siapa penanggung jawab finansial saya ketika di Swiss. Alhamdulillah hari itu pun berakhir dengan menerima ini.


Visa Receipt




6 Minggu berlalu....
Tepat hari senin tanggal 6 Agustus, saya mengirimkan email kepada Embassy menanyakan status pengajuan visa saya. Tidak berselang lama, email saya pun dibalas dan saya dapat mengambilnya di hari dan jam kerja. Kebingungan dimulai, bagaimana saya akan mengambilnya, karna hanya untuk mengambil visa yang tidak lebih dari 5 menit, saya harus meninggalkan baby saya kembali dan beberapa pertimbangan lainnya, akhirnya saya kembali menanyakan ke Embassy apakah pengambilan visa saya dapat diwakilkan.


Alloh memang maha Baik dengan segala KuasaNya. Visa saya dapat diambil oleh orang lain dengan surat kuasa dan membawa visa receipt. Tidak ada jalan lain, pada akhirnya saya kembali meminta tolong kepada kampus melalui Ms. Rizka dan Ms. Yuni. Sekitar seminggu kemudian visa saya telah diambil dengan selamat. Alhamdulillah, terimakasih kepada kampus Indonesia International Instituteu for Life Sciences (i3L) Jakarta yang telah sangat membantu dan mensupport saya dengan segala fasilitas dan bimbingannya.


Dikirimin foto passport via whatsapp sama Ms. Yuni ^^

Segala pengalaman dan drama di atas penuh dengan hikmah bagi saya dan semoga bisa bermanfaat bagi yang lainnya ketika menghadapi permasalahan yang sama dengan saya saat itu.
Adapun mengenai persyaratan pengajuan visa sudah saya bahas lengkap di channel Youtube saya di sini . Jazzakumulloh khoiron katsiron ^^,




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Millennials Generation, Am I belongs to it?

Salah satu Jurnal acuan untuk riset saya di salah satu modul. catatan pekerja jaman now Saya berbicara hari ini dengan perspektif pekerja jaman now atau biasa kita sebut sebagai Generasi Millennial atau Gen Y. Saya tidak bermaksud untuk mewakili atau menjadi representasi bagi mereka ataupun kalangan tertentu, hanya menjawab pertanyaan atas gelisah dalam benak saya selama ini. Maka terimakasih telah menghargai remah-remah ini untuk kemudian membacanya dengan penuh hikmat. Ada pertanyaan menggelitik ketika saya membaca sebuah jurnal. Jurnal yang saya persiapkan sebagai bahan acuan untuk salah satu riset saya saat ini. Jurnal ini begitu menarik dan menghentak bagi saya. Jurnal sepanjang dua halaman ini saya lahap dalam sekali duduk meski berkali-kali membaca untuk memahaminya. Kilas balik. 5 tahun sudah saya menjadi pekerja di beberapa bidang pekerjaan di Indonesia. Pekerjaan lepas dan paruh waktu yang saya jalani selama masa perkuliahan Strata-1 membuat saya hidup dan

Mengikuti Alur Berfikir Seorang Dahlan Iskan

Laman Pak DI, silahkan mampir. catatan seorang pembaca amatir Bagi saya, tidak ada yang salah ketika membaca sesuatu lantas tergelitik untuk memberikan apresiasi, bisa berupa kata-kata motivasi, saran yang membangun, bahkan kritik atas kekurangan. Saya hampir selalu terkesima dan terbangun dari kemalasan ketika membaca postingan-postingan Pak DI di Facebook. Benar, saya tidak memiliki satu pun akun Facebook, saya mensabotase akun milik suami untuk berselancar di dunia itu. Berawal dari ketidak sengajaan menemukan salah satu catatan beliau kemudian berlanjut mengikuti fanpagenya. Beliau adalah salah satu tokoh nasional yang terkenal, kritis, dan inspiratif. Dari awal ketenarannya saya belum terlalu bersemangat untuk menselami ketokohan beliau. Bahkan ketika beliau "terseret kasus yang entah berujung ataupun tidak", saya pun belum terlalu aware, baru benar-benar tergelitik dengan sosok beliau setelah banyak melahap postingan beliau di fanpage dan dilanjutkan ke laman