Langsung ke konten utama

Millennials Generation, How to handle it?

Gen Y ibarat mozaik yang terpetak-petakkan dalam bingkai.

catatan pekerja jaman now Jilid II

Dilema yang dialami pekerja tidak lebih berat dibandingkan sang pimpinan. Antara sadar dengan trend jaman yang kian berbeda, ataupun tuntutan manajemen untuk senantiasa menghadirkan pundi-pundi.

Kembali membahas jurnal yang saya kemukakan sebelumnya, dalam jurnal tersebut dijelaskan, alih-alih memberikan prejudgment bagi para gen Y, manajer lebih baik berdamai dengan mereka untuk kemudian memberikan ruang yang sama bagi mereka untuk berkembang dan mengaktualisasikan diri. Dalam jurnal tersebut, Ferri-Reed, 2012, menyebutkan bahwa tiga cara efektif bagi seorang pemimpin untuk menciptakan kesuksesan bagi generasi millenial adalah sebagai berikut:

  • berikan mereka sebuah gambaran luas, alih-alih mendoktrin dan mindikte, berikan mereka sebuah gambaran akan suatu keadaan dan biarkan mereka berspekulasi untuk menginterpretasikannya
  • bantulah mereka untuk menemukan peran mereka dalam tim, melakukan kolaborasi secara offline dan online merupakan salah satu keahlian generasi tersebut, ditunjang dengan tekhnologi yang mereka kuasai, maka terciptalah angkatan kerja yang handal
  • bimbinglah mereka dalam pengembangan dan pembentukan karir, mereka mungkin ahli dalam berkolaborasi, tapi mereka jauh dari kata berpengalaman dan terbatas dalam dunia pekerjaan, mereka belum tentu menghargai apa itu senioritas dalam pengalaman dan umur. Tidak sedikit generasi tersebut terseok-seok dalam pekerjaan dikarenakan hal sepele dengan hubungan sesama pekerja.
Jurnal yang menarik dari sisi solusi dan begitu menghentak karena saya menemukan mozaik diri saya dalam deskripsi tersebut. Nampaknya tak dapat dipungkiri, saya bagian dari mereka. Sekontroversial itukah gen Y hingga terkesan tidak mau mengakuinya? Tidak, sama sekali tidak. Saya disini justru hadir untuk menjembatani itu semua. Bagi yang merasa salah dengan dirinya namun tidak mampu mendefinisikannya, maka bacalah jurnal tersebut, barangkali anda bagian dari kami.

Selamat datang di jaman now, jaman dengan segala kecanggihan yang membentuk generasi masa kini.

Reference: Feeri-Reed, J. (2012). Three Ways Leaders Can Help Millennials Succeed. The Journal of Quality and Participation, 18.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Membuat Visa Schengen (Swiss)

Drama Panjang Pengajuan Visa T.T Assalamu'alaykum Sholihat... Alhamdulillah setelah beberapa kegalauan dalam proses panjang pembuatan visa. The Embassy of Switzerland mengeluarkan Visa untuk saya. Nah, sebenarnya kenapa prosesnya panjang?  Jadi ceritanya saat saya akan mengajukan permohonan visa, saya merencanakannya di bulan April sebelum saya kembali ke rumah di Boyolali untuk cuti melahirkan. Tapi karena keberangkatan ke Swiss masih bulan September alias 4 bulan dari bulan April, sistem tidak bisa dijalankan, karena minimal pengajuan visa 3 bulan sebelum keberangkatan. Tapi alhamdulillah saat itu saya sudah membuat akun di web  TLScontact dan tinggal booking appointment. Setelah melahirkan dibulan Mei, sayapun kembali bersiap-siap melanjutkan persiapan keberangkatan ke Swiss. Saya merencanakan untuk kembali ke Jakarta di awal bulan Juli, dikarenakan akhir Juni transportasi masih tergolong mahal karena lonjakan harga mudik dan lebaran. Tapi takdir berkata lain, da

Millennials Generation, Am I belongs to it?

Salah satu Jurnal acuan untuk riset saya di salah satu modul. catatan pekerja jaman now Saya berbicara hari ini dengan perspektif pekerja jaman now atau biasa kita sebut sebagai Generasi Millennial atau Gen Y. Saya tidak bermaksud untuk mewakili atau menjadi representasi bagi mereka ataupun kalangan tertentu, hanya menjawab pertanyaan atas gelisah dalam benak saya selama ini. Maka terimakasih telah menghargai remah-remah ini untuk kemudian membacanya dengan penuh hikmat. Ada pertanyaan menggelitik ketika saya membaca sebuah jurnal. Jurnal yang saya persiapkan sebagai bahan acuan untuk salah satu riset saya saat ini. Jurnal ini begitu menarik dan menghentak bagi saya. Jurnal sepanjang dua halaman ini saya lahap dalam sekali duduk meski berkali-kali membaca untuk memahaminya. Kilas balik. 5 tahun sudah saya menjadi pekerja di beberapa bidang pekerjaan di Indonesia. Pekerjaan lepas dan paruh waktu yang saya jalani selama masa perkuliahan Strata-1 membuat saya hidup dan

Mengikuti Alur Berfikir Seorang Dahlan Iskan

Laman Pak DI, silahkan mampir. catatan seorang pembaca amatir Bagi saya, tidak ada yang salah ketika membaca sesuatu lantas tergelitik untuk memberikan apresiasi, bisa berupa kata-kata motivasi, saran yang membangun, bahkan kritik atas kekurangan. Saya hampir selalu terkesima dan terbangun dari kemalasan ketika membaca postingan-postingan Pak DI di Facebook. Benar, saya tidak memiliki satu pun akun Facebook, saya mensabotase akun milik suami untuk berselancar di dunia itu. Berawal dari ketidak sengajaan menemukan salah satu catatan beliau kemudian berlanjut mengikuti fanpagenya. Beliau adalah salah satu tokoh nasional yang terkenal, kritis, dan inspiratif. Dari awal ketenarannya saya belum terlalu bersemangat untuk menselami ketokohan beliau. Bahkan ketika beliau "terseret kasus yang entah berujung ataupun tidak", saya pun belum terlalu aware, baru benar-benar tergelitik dengan sosok beliau setelah banyak melahap postingan beliau di fanpage dan dilanjutkan ke laman