Assalamu'alaykum Shalihaattt!
Hari ini saya posting mengenai perjuangan menempuh beasiswa ke luar negeri, nah sebenernya ini draft yang sama yang saya kirimkan ke salah satu majalah, Alhamdulillah belum beruntung untuk dimuat di majalah tersebut. Jadi silahkan disimak ^^
Nah itulah beberapa proses atau tahapan yang saya lalui dalam perjuangan beasiswa saya.Terimakasih sudah membaca, semoga bermanfaat.
Hari ini saya posting mengenai perjuangan menempuh beasiswa ke luar negeri, nah sebenernya ini draft yang sama yang saya kirimkan ke salah satu majalah, Alhamdulillah belum beruntung untuk dimuat di majalah tersebut. Jadi silahkan disimak ^^
1. Dulu punya cita-cita kuliah ke luar negeri sejak kapan?
Saya terlahir dalam keluarga yang dibiasakan untuk gemar membaca. Kami memiliki jam baca masing-masing. Hal ini bermula ketika saya memasuki jenjang pendidikan Sekolah Dasar, di mana saya tidak hanya membaca buku-buku cerita yang disediakan oleh orang tua. Awalnya saya gemar meminjam buku fiksi yang disediakan di perpustakaan SD, seiring berjalannya waktu saya dapat meminjam 5 hingga 7 buku fiksi non fiksi dalam satu hari. Saat itu saya menemukan dunia baru yang selama ini tidak pernah saya selami dan hanya saya ketahui di peta. Saya membaca novel ringan berkisah mengenai perjuangan seorang anak miskin yang menjual rotan untuk biaya sekolahnya dan pada akhir cerita sang anak yang telah beranjak dewasa menempuh perkuliahan di luar negeri.
Berawal dari kisah yang menginspirasi tersebut, saya memiliki rasa ingin tahu yang besar mengenai perkuliaahan di luar negeri. Pada akhirnya saya mencari buku yang lain yang memiliki kisah serupa. Saya menemukan berbagai cerpen, novel, dan cerbung tentang perjalanan pelajar di luar negeri. Saat itu saya berazzam dan bermimpi untuk menorehkan kisah yang sama di belahan bumi lain. Disaat yang bersamaan, karikatur (gambar corek) berasal dari Jepang memenuhi layar TV Indonesia. Hal ini sangat menginspirasi saya untuk menginjakkan kaki di negeri Sakura.
2. Langkah yang ditempuh apa saja?
Langkah nyata saya lakukan berawal dari bangku Sekolah Menengah Pertama, saat itu saya bersyukur karena diterima di salah satu SMP favorit di daerah Sragen dan terpilih masuk kelas unggulan (kelas yang didesain untuk menggunakan bilingual curriculum, menerapkan pembelajaran dalam bahasa inggris). Saya dipaksa untuk mampu berbahasa Inggris dalam pembelajaran. Di jenjang Sekolah Menengah Atas saya terpilih untuk mengikuti ajang Debat berbahasa Inggris. Di bangku perkuliahan langkah-langkah yang saya lakukan lebih spesifik, tidak hanya memperkuat kemampuan berbahasa Inggris, saya mempertajam softskill dan hardskill dengan mengikuti berbagai seminar dan kegiatan organisasi, tak lupa saya mengasah jiwa social melalui kegiatan sukarela di suatu NGO. Kenapa saya melakukan itu semua? Karena saya percaya, kemampuan akademik bukan segalanya, harus ditunjang dengan berbagai aspek kehidupan yang lain.
Setelah melakukan hal-hal tersebut di atas, saya memastikan hal tekhnis di bawah ini:
· Mencari referensi mengenai kisah perjalanan pelajar luar negeri dari berbagai social media
· Mengikuti berbagai grup pejuang beasiswa di social media
· Rajin mengupdate CV
· Mengikuti seminar kuliah ke luar negeri
· Mempersiapkan segala persyaratan pendafataran beasiswa dan pendafataran master degree
3. Kenapa pengen kuliah ke luar negeri?
Kuliah ke luar negeri itu bukan hanya tentang travelling, bagi saya kuliah keluar negeri adalah titik balik dalam kehidupan saya. Akan mengubah berbagai hal dalam kehidupan saya, cara pandang saya, cara berfikir, sense of humanity, memahami belahan dunia lain dengan segala kebudayaan dan etikanya, dan bahkan menyadari bahwa saya terlalu ordinary people yang belum berbuat apa-apa. Setidaknya saya ingin berkontribusi untuk ummat, dengan segala bentuk usaha saya, salah satunya dengan membekali diri dengan ilmu, untuk kemudian berkontribusi mencerdaskan ummat.
4. Pernah nyoba beasiswa berapa kali?
Perjuangan saya mengejar beasiswa telah berlangsung selama 3 tahun selepas wisuda sarjana strata satu. Tahun pertama kelulusan saya apply beasiswa USAID Prestasi, beasiswa Gubernur Toyama Jepang, dan beasiswa Australia Awards. Tahun kedua saya mencoba apply beasiswa Chevening, beasiswa KGSP, dan beasiswa Turkiye Burslari. Direntang dua tahun tersebut ada beberapa beasiswa yang tidak cukup terkenal yang saya apply, dan karena kelalaian saya, beberapa diantaranya tidak tercatat dalam notebook saya. Tahun 2017 ini saya ingin mencoba kembali mendaftar beberapa beasiswa yang telah saya coba daftar, tapi ternyata sertifikat TOEFL saya telah expired. Tapi Alhamdulillah, beasiswa terakhir yang saya apply ditahun 2017 adalah jawaban dari doa saya selama ini. Ya, saya menjadi awardee beasiswa Pemerintah Kabupaten Boyolali untuk pendidikan pasca sarjana ke Luar Negeri.
5. Pernah gagal dalam pendaftaran beasiswa?
Tidak hanya pernah, selama saya mendaftar, baru beasiswa terakhirlah yang benar-benar saya lampui dan lolos. Beberapa diantaranya hanya berakhir pada tahap lolos seleksi administrasi dan sayangnya tidak lolos tes wawancara.
6. Beasiswa apa saja yang pernah dicoba?
Kurang lebih sudah terjawab di pertanyaan nomer ke 4, adapun detailnya sebagai berikut:
· Beasiswa USAID Prestasi: beasiswa yang diselenggarakan oleh kerja sama AMINEF dengan pemerintah Indonesia, Negara tujuan beasiswa adalah USA.
· Beasiswa Gubernur Toyama Jepang: beasiswa dari Gubernur Provinsi Toyama dari Jepang, dengan Negara tujuan Jepang tentunya.
· Beasiswa Australia Awards: beasiswa bergengsi dan sangat kompetitif yang diberikan oleh pemerintah Australia untuk studi di Australia.
· Beasiswa Chevening: beasiswa bergengsi dan sangat kompetitif yang diberikan oleh pemerintah Inggris untuk menempuh studi di Inggris.
· Beasiswa KGSP: beasiswa dari pemerintah Korea Selatan di Korea Selatan.
· Beasiswa Turkiye Burslari: beasiswa yang diberikan oleh pemerintah Turki, dan baru-baru ini peminat beasiswa ini sedang mengalami lonjakan yang cukup signifikan dan sangat kompetitif.
· Beasiswa Pemerintah Kabupaten Boyolali: beasiswa pemerintah daerah yang diinisiasi oleh Bupati Boyolali untuk putra putri daerah Boyolali, untuk saat ini diberikan 3 alternatif Negara tujuan studi (Double Degree China, Double Degree Swiss, dan Inggris)
7. Hal yang sangat perlu dipersiapkan untuk bisa dapet beasiswa?
Dokumen yang perlu dipersiapkan untuk pendaftaran beasisa adalah sebagai berikut:
· Sertifikat kemampuan berbahasa asing
Hampir disemua jenis beasiswa mensyaratkan adanya sertifikat kemampuan berbahasa untuk menunjukkan kemampuan kita survive di Negara tujuan beasiswa, adapun jenisnya mengikuti Negara tujuan. Misalnya, Negara Inggris, Australia, dan English speaking country akan mengajukan syarat score tertentu di IELTS. Sedangkan Negara Amerika masih menerima sertifikat kemampuan berbahasa Inggris berupa TOEFL. Adapun Negara lain seperti China, Korea, Turki, Mesir, Saudi Arabia, Perancis, Jerman, maupun Belanda terkadang memberikan syarat kemampuan berbahasa ibu Negara tujuan, ataupun bahasa Inggris, kemudian diberikan pelatihan untuk berbahasa ibu Negara tujuan.
· Curriculum Vitae (Identitas Diri)
Berisi identitas diri atau profil singkat terupdate lengkap dengan pasphoto. Ada beberapa jenis beasiswa yang memberikan format tertentu untuk CV, dan ada juga yang tidak memberikan formatnya namun saya sarankan buatlah CV sepadat mungkin, informatif, update, dan menarik meski formal.
· Personal Statement dan atau Motivation Letter
Sebuah penilaian dan semacam tolak ukur mengapa pemberi beasiswa harus memberikan beasiswa terhadap kita, dan kenapa kita dianggap layak untuk menerima beasiswa tersebut. Berisi tentang gambaran diri kita yang tidak dapat dicantumkan dalam CV. Lazimnya pada bagian ini pemberi beasiswa meminta kita menulis mengenai hal-hal yang memotivasi kita untuk kuliah di Negara tujuan beasiswa, prospektus kehidupan kita dalam jangka tertentu, kegiatan akademis maupun non akademis yang menunjang kemampuan kita, dan pengalaman bekerja apabila sudah pernah berkecimpung dalam dunia pekerjaan.
· Ijazah, transkrip nilai, Akte Kelahiran, KK, dan Passport
Sebaiknya dokumen yang berbahasa Indonesia semuanya diusahakan untuk ditranslate ke bahasa Inggris atau bahasa Negara tujuan. Dan ditranslate oleh pihak penerjemah tersumpah (sworn translator). Jangan lupa untuk membuat passport, karena selain sebagai salah satu motivasi terbesar bagi saya untuk selalu istiqomah berusaha mendaftar beasiswa, ternyata memiliki passport lebih dulu sangatlah membatu. Just in case, semisal ada urusan birokrasi yang membutuhkan bukti bahwa kita memang sedang dalam proses pendaftaran beasiswa ke luar negeri.
· Recommendation Letter
Adalah hal yang acapkali menjadi salah satu penentu keberhasilan kita, dan merupakan hal yang susah kita dapatkan apabila kita tidak memiliki hubungan baik dengan dosen ataupun atasan di pekerjaan. Untuk pelamar beasiswa yang sudah bekerja ada baiknya menyiapkan 2 surat rekomendasi, pertama dari dosen yang benar-benar mengenal baik keadaan akademik maupun non akademik kita (agar surat rekomendasi dibuat dengan objektif) dan kedua dari atasan saat bekerja.
8. Jurusan dan kampus yang ditempuh saat ini?
Jurusan: Double Degree in Bio-Management and International Management
Kampus Jakarta: I3L (Indonesia International Institute for Life Science)
Kampus Swiss: FHNW University of Applied Science and Arts Northwestern Switzerland.
9. Pesan untuk para pengejar beasiswa?
Mimpi bukan hanya milik orang-orang sukses, mimpi wajib dimiliki oleh setiap insan. Bermimpilah setinggi langit, di langit tertinggi, lalu gapai mimpimu dengan segala tindakan nyata dan doa. Kemudian ikhlaskan kepada Alloh, segala takdir yang Alloh skenariokan untuk kita. Karna Alloh adalah sebaik-baik Perencana dan Pencipta. Ketika kita gagal dengan suatu harapan, bukan berarti Alloh tidak memberikannya, positive thingking –lah, karna mungkin Alloh memberikan skenario lebih baik untuk kita mendapatkan yang terbaik. FIGHTING!!!
10. Tips and trick untuk pemburu beasiswa?
Beberapa tips and tricks untuk pemburu beasiswa:
· Niat
Menurut saya pribadi, niat adalah hal utama yang melandasi kemauan kita. Apabila niat kita sudah benar, usaha secara optimal, dan diimbangi dengan doa kepada Alloh, niscaya Alloh akan memberikan jawaban atas doa kita. Kalau dirasa sudah sedemikian berusaha dan berdoa namun tak kunjung dikabulkan, ada baiknya kita menilik kembali niat kita, dan perbaiki niat kita. Untuk apa kuliah ke luar negeri? Travelling kah?
· Istiqomah atau konsistensi
Segala sesuatu itu butuh proses dan perjuangan, termasuk juga untuk mendaftar beasiswa, hal yang lumrah ketika kita gagal dalam satu kesempatan kita menjadi down. Tapi bukan berarti itu adalah akhir dari segalanya. Justru Alloh memberikan ujiah disaat itu, apakah kita sanggup bangkit dan berjuang lagi, atau menyerah dengan keadaan.
· Fokus
Ketika berada di dunia perburuan beasiswa, kita akan mulai mengenal berbagai macam jenis beasiswa. Pada awalnya kita akan cenderung bingung dan merasa ingin mendaftar segala jenis beasiswa. Disinilah kita harus benar-benar focus dan terarah, dengan segala tujuan, goal dan langkah kita. Harus memfilter jenis beasiswa yang mampu kita raih maupun jenis beasiswa yang sesuai dengan keadaan dan tujuan kita. Jangan berorientasi hanya dengan keinginan kita maupun mengikuti trend.
· Plan, Do, Check, and Action
Mengutip salah satu srategi dalam ilmu management, kita harus benar-benar merencanakan setiap langkah kita dengan baik dan matang. Merencanakan juga berarti mempersiapkan segala persyaratan dengan matang dan terarah. Gagal merencanakan, maka kita merencanakan kegagalan (Benjamin Franklin). Setelah perencanaan yang matang, langkah berikutnya adalah melakukannya, dari sekian banyak orang yang merencanakan sesuatu, tidak semuanya berani melakukannya. Ditengah pelaksanaan, kita harus senantiasa melihat, memperbaiki dan mengevaluasi perencanaan kita menyesuaikan keadaan. Dan yang terakhir adalah aksi yang nyata, segala sesuatu tidak akan terjadi ketika kita tidak melakukan aksi yang nyata.
· Ridho orang tua dan atau suami
Percaya atau tidak, hal ini sangat mempengaruhi segala langkah kita. saya telah membuktikan hal tersebut ketika mendaftar beberapa aplikasi beasiswa yang ternyata orang tua tidak setuju dengan beberapa negara tujuan beasiswa, dan saya tidak lolos dalam beasiswa tersebut.
Foto di depan Kampus FHNW, tepat sesampainya dari bandara. Jetlag MODE ON! |
Komentar
Posting Komentar